Thursday 17 July 2008

SEPI ITU AJAIB

Bagaimana kita tiba-tiba bercakap tentang kesepian sedangkan di sekitar riuh rendah terdengar konspirasi ( bolehkah konspirasi didengar?), hasutan dan fitnah, laporan jenayah dan tangkapan, perdebatan dan tunjuk perasaan. dan...dan inflasi menghimpit kemiskinan. Justeru tindakan bersendirian untuk mencari kesepian menjadi sangat perlu bagi menemukan kebenaran.
Akhirnya kesepian itu relatif dengan kondisi sanubari dan persekitaran kita, dan apakah sama dengan teori fisik Einstein (relativiti) ?

Kira-kira 20 tahun yang lalu saya pernah mengalirkan air mata , tak tertahan-tahan, sewaktu di Makam Ibrahim, kerana tiba-tiba berasa sangat hiba, sepi dan rindu meskipun berada di tengah-tengah ratusan ribu umat yang sedang berdoa. Seolah-olah saya hanya bersendirian dan keseorangan di dalam banjir lautan manusia; hanya saya dan Tuhan. Pengalaman ajaib itu menjadikan saya bagai baru lahir ke dunia dan berasa yakin menghadapi apa saja dengan cinta-Nya.

Saya percaya saudara anuar, sinaganaga, jiwafaham, izwan , ainon, sham, danielle corelleon, dan blogger lain bukan sekali , mungkin beberapa kali, terlontar ke dalam kesepian, merenung jauh
ke masa lalu dan menduga bayangan masa depan. Ada kenangan , nostalgia dan kerinduan yang menghantar kita ke dunia yang sepi lalu mengingati peristiwa di mana kita pernah sangat bahagia atau sebaliknya. Kita pun tak mungkin berfikir mendalam sewaktu berinteraksi dengan orang ramai kerana sangat berhati-hati menjaga perasan orang di tengah hiruk pikuk yang menjengkelkan. Kesepian itu sangat banyak tingkatnya dan sangat bervariasi sifatnya. Sunyi sepi seorang sufi tentulah tak sama dengan kesepian seorang seleberiti atau politikus. Di bukit tinggi Janda Baik kita dapat melihat luasnya alam terhampar di bawah, dan dalam udara yang bersih nyaman kita dapat menginsafi rahmat-Nya yang tertulis di alam terbentang. Alam itu adalah sebahagian daripada rumah sdr Ainon; alam luas merumahkan sanubari kita yang insaf. Rumah yang besar boleh menjadi lemas dan sempit kalau hati kita tertutup kepada-Nya. Kata peribahasa Jepun, cinta hidup dalam teratak ataupun istana.

Ruang fisikal membantu memberikan nikmat kesepian, alam semula jadi pun demikian, tetapi kita harus mengembara bersendirian ke alam kesepian sanubari kita untuk menemukan sihir serta keajaibannya. Jalalludin Rumi, Hamzah Fansuri dan Amir Hamzah berkelana di alam rohani untuk mencari sinar suci yang kudus. Seperti kata Lord Byron, "In solitude , we are least alone."Kata puisinya juga:
There is a pleasure in the pathless woods,
There is rupture on the lonely shore,
There is a society where none intrudes,
By the deep sea , and music in its roar:
I love not man less, but nature more.
_____________________________

BERSENDIRIAN

apabila cengkerik berhenti berbunyi
sepi semakin menjadi
muzik alam mati sendiri
dan aku terlontar keseorangan
belajar mencari tempat isterihat
dalam bayangan mimpi.

Di situlah akan kutemui
musim bunga dan mata air
yang tak berhenti mengalir

Baha Zain

7 comments:

jiwafaham said...

Assalamualaikum Dato'.

Semua yang Datuk ceritakan itu benar belaka: Bila merenung ke masa lalu, kita juga menduga bayangan masa depan.

Tentang kenangan, nostalgia dan kerinduan yang menghantar kita ke dunia yang sepi lalu mengingati peristiwa di mana kita pernah sangat bahagia ada saya tuluskan dalam tajuk "LABU TU ISTIMEWA PADA ORANG JELEBU". Kalau ada masa terluang jemputla baca. Ia dalam folder "LUAK JELEBU KISAH YANG BENAR".

Susah nak menulis ya Dato', sering dihambat berbagai halangan!

Hartini Omar said...

dato' yg dihormati,
sepi tak bermakna seorang diri
sepi tak bermakna sunyi
-sepi indah jika dinikmati
-sepi hikmah jika dihargai

http://mataminda.blogspot.com

SATIRA + KACAU said...

Pak Baha yang saya hormati: Kadang-kala, setelah sepi kita semakin terisi oleh sejumlah nama dan teman yang mungkin terasa lebih bererti, kita mudah pula melupakan teman yang pada mulanya bersama merangkak tatkala kita belum menjadi bererti.

Bukan dan benarkah begitu?

Satira + Kacau

Oleh admin Bebas Malaysia said...

Assalamualaikum Datuk..

Saya tertarik dengan tulisan Datuk pada mana datuk menitiskan airmata lalu datuk merasakan kesepian dari alam sekeliling dan tidak menghiraukan hiruk-pikuk di persekitaran datuk.. Saya tahu bilamana kesepian itu pasti akan menjelma tiba dan tiba masanya pasti sepi itu akan merundung jiwa dan sanubari kalbu insaninya..

Datuk, kesepian saya di kota yang penuh lumpur-lumpur ini pada mana saya merindui orang yang saya cinta, yakni ibunda dan nenda serta adik-adik saya.. Apabila malam menjelma, kerinduan saya pada mereka pasti menjelma lantas saya akan merasa sepi tidak semena-mena tapi bagi saya sepi pada kala itu begitu bermakna untuk saya.. Sepi ini telah mengajar saya untuk menghargai pada masa mereka masih di dunia dan sepi juga mengajar saya mencintai pada yang Esa.. Sepi itu pasti tiba apabila mereka sudah tiada..

Saya tidak rela diri ini diselebungi hiburan dan dunia semata, saya cuba menjauhinya tapi kerap-kali ia bagai magnet menarik saya.. Saya hampir tewas meskipun saya sedar, saya hampir kalah meskipun saya mampu mengalahkannya.. Inilah dunia yang penuh pancaroba dan tanpa sedar bakal merobah kita..

Mujur, ada sepi yang sudi merudung tiba dan memberikan sebutir cahaya kepada hambaNya.. Sepi itu.. Aku tidak tahu.. Sepi itu mahu merapati aku.. Sepi itu membingungi benak jiwaku.. Benak hatiku..

Aku berkelana bersama sepi itu, di tepian tebing dengan sayu..

Nafastari said...

Salam Dato',
Jadi mungkin saya patut belajar untuk menghargai kesepian...

Rahimin Idris said...

Assalamualaikum Dato',

Sepi terlalu banyak memberi, cuma kita kadang-kadang enggan belajar menerima dan peduli...

Puan Ainon Mohd. said...

Makin tua usia makin terasa sepinya....