Sunday, 25 January 2009
SEBUAH PUISI MALAM
TERMANGU DALAM ARUS WAKTU
Ada waktu-waktunya
manusia menempuh saat-saat aneh:
ada cinta dan rindu sewaktu pagi
ada kesepian dan kesedihan menjelang senja
dan mimpi-mimpi ngeri sebelum fajar tiba.
Bertahun-tahun dahulu segalanya terjadi
kini aku hanya terkenang dengan tiba-tiba
tak sengaja mengeja namamu di atas meja
aku hanya senyum, tak ada apa-apa lagi antara kita
hanya mengenang keterlanjuran zaman muda.
Adakah apa yang dikatakan keindahan
hanya dalam ingatan dan bayangan
yang membikin kita senyum sendirian
seperti tidak siuman?
Kita bukan hanya jasad,
ada sebuah dunia di dalamnya
berlegar seperti bintang-bintang
dalam cakerawala yang gelap dan ghaib.
Kita hanya tahu dunia itu ada
meskipun tak bersuara dan ghaib di mata
yang kita namakan kenangan.
Apakah engkau masih mengingati namaku juga
walaupun tidak lagi menulisnya setiap hari di dalam diari ?
Baha Zain
Jan 25, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
Mungkin dengan puisi kita masih tersenyum pagi, sayu dalam renyai hujan, perih dalam malam gelita.Salam takjub oleh Kebesaran Nya yang memberi kita detik menjelang ketibaan hari penentuanya. Amin salam kasih buat bung baha dan kak ros.
Indahnya puisi ini... Dato`
Salam.
:=)
Salam Dato Baha,
Saya seperti dibawa menatap kumpulan puisi 'Perempuan dan Bayang-bayang'. Setelah lama tidak merakam kesepian itu, saya menemui romantis yang dulu.
Segar dan menusuk dalam cerita di balik cerita.
Salam.
Sdr Sham
Enaknya menjadi penyair: yang mati sesekali berdarah kembali, yang dilupakan sesekali terkenang juga,
dalam mimpi dalam puisi, Itu saja. Bukankah budi lebih akrab dan lebih dalam drpd kulit yg menyelimuti tubuh manusia? Sekadar untuk relaks saja. Bukanklah penulis pun sesekali perlu relaks juga.Ha, ha..
Post a Comment