DesaKota: ADIEUS PEDRA BRANCA ( Belasungkawa 23 Mei, 2008)

Saturday, 24 May 2008

ADIEUS PEDRA BRANCA ( Belasungkawa 23 Mei, 2008)

Pada mulanya Singapura
kemudian Pedra Branca
selamat pergi Singapura
selamat jalan Pedra Branca.

Apalah ertinya Pulau Batu Putih
nun jauh ke bawah
luas sekangkang kera,
di sisi Singapura
di depan mata
luas dan kaya raya.

Semuanya telah menjadi sejarah
seperti sejarah bangsa kita
sebuah pulau yang terra nullius
siapa saja bebas mengapa-apakannya
untuk diinjak atau dinista.

Adieus Singapura
Adieus Pedra Branca
Adieus Lingua Franca .

Semuanya sejarah berputih mata
pulau, tanah, air dan bahasa dijual beli
dicagar dan tergadai
seperti kita mempercaturkan lidah dan hati nurani
seperti kita melacurkan roh dan harga diri.

Adieus ! bangsaku,
apa lagi yang ada padamu?
Melayu?

7 comments:

abdul hayyi said...: Assalamu'alaikum Dato'.

Izinkan saya muatkan karya Dato' ini ke dalam weblog saya. Saya akan sertakan sekali sumber dari mana ia di ambil.

Terima Kasih.; 24 May 2008 at 17:17
SATIRA + KACAU said...: This comment has been removed by the author.; 24 May 2008 at 20:19
SATIRA + KACAU said...: Pak Baha: Apa gelar yang wajar bagi setiap jantan yang kehilangan batunya?

Dan bagi sebuah negara?

Maaf, Pak. Sebuah tanya dari hati yang sedang kematu dan geram.

Satira + Kacau; 24 May 2008 at 20:21
bahazain said...: ASM Sdr Satira
Doakanlah supaya kita dapat lagi satu batu itu. Kalau tidak kita menjadi jantan yang tak cukup jantannya.Maaf terdorong bercakap pasal jantan dan batu; 24 May 2008 at 22:19
Baronhawk said...: Kalau diikut rasa binasa
Kalau diikut hati mati

Kalau ku berdiri gagah
Perahu merah kulayari

Panah dan tombak megah
Kurobek tujah dan sergah

Tanah dan bumi maruah
Harga diri dan natijah

Apakan daya sudah
Melayu kini bertata susila

Bukan lagi keramat dan gah
Hanya alpa dan mewah.; 26 May 2008 at 01:33
Saladen 2 said...: mohon izin letak di laman ini :
http://mindamuslim.com/content/view/59/44/; 26 May 2008 at 12:48
bahazain said...: ASM Saladen 2

Dipersilakan. Letaklah di mana-mana laman; 26 May 2008 at 18:48

Post a Comment

-------------------- Tentang Penulis --------------------

Pada blurb kumpulan puisi , Postponing Truth and Other Poems" (2008) terbitan DBP, yang diterjemahkankan oleh Prof. Muhammad Haji Salleh, tertulis pandangan-pandangan berikut:

" He is a slight man, bespectacled. He impresses his thoughts upon you as his hands flutter, clasp, clench in the air. This is not a show of arrogance or flightiness. Baha Zain is a man who measures and weighs his words carefully. He is truly a thinking writer, unlike some who are so caught up with verbal symbols and ideologies that they rat-a-tat their opinions, leaving the listener dazed" --Dina Zaman "On a Journey of Self-expression ", New Straits Times, November,28, 2001.

" Baha sees the world of nature and that of man as inseparable. To set one aside from the other is a luxury he indulges in, like making faces in a mirror. He can afford to because the face and the mirror are his to do whatever he wants- up to a point. Beyond that is infinitude , through which his body is ravaged. Baha resigns himself to such an eventuality... Baha is a poet who says a lot with a little, who prefers a telegram to a thesis." -- Dr. Zakaria Ali, New Straits Times, February, 12, 1997.

"...in his early days as a new bard, is regarded as 'the angry young man'. He has the temperament of a student leader on campus with loudspeaker and banner in front of his followers reporting indulgently about poetry, injustices, social harmony, the gap and the ethnic prejudices, etc. Baha Zain at the end of the sixties, occupied himself with writing social protest poems...His voice at this time, is full of vengeance , socialistic and dialectical. Baha was not only direct in his ' words ' and his poetic expressions about the establishment but also to the ugly bureaucracies, snobbish aristocrats, decadent artists etc." -- Dr. Ahmad Kamal Abdullah in English and Islam: Creative Encounters 96.

" ...Baharuddin Zainal ialah pengkritik sastera yang cukup berjaya. Ia sebenarnya berjaya akibat daripada sikap berhati-hati yang ada padanya, dan sikap itu sentiasa dipeliharanya. Sikap berhati-hati itu menyebabkan kritikannya kerap kali mengandungi isi yang bernas, dan isi itu disampaikan melalui bahasa yang kreatif. Elok saya tegaskan , bahawa tidak besar jumlah pengkritik sastera yang berkeupayaan membina bahasa yang kreatif." -- Prof. A. Rahman Shaari, "Baharuddin Zainal Pengkritik Sastera dan Penyair." dalam Esei& Puisi Baha Zain (2000)

N.B. ( Kalau ada yang bertanya tentang saya , yang baik-baik itu diucapkan secara terbuka oleh kawan-kawan ; yang buruk-buruk diucapkan di belakang oleh musuh, tetapi kepada malaikat dan Tuhan saya tak bisa berbohong. )