aku dengar engkau terlantar
sudah lama tak berdaya di kamar
usia dan hari tak berhenti di pintu
engkau semakin tak berdaya
aku pun semakin tua.
aku masih ingat dan sesekali terkenang
engkau membacakan Shakespeare dan Tun Seri Lanang
suaramu jelas mengajar kami bagaimana menyelami
imaginasi silam yang tersirat dalam kata-kata,
katamu, " Bacalah bagaimana menjadi bijaksana."
"Selamat pagi Cik Gu", kami berdiri beramai-ramai
air mukamu tenang setenang telaga di tepi sekolah
tak adalah lain yang kami cintai bersama ibu dan ayah
engkau sebuah syurga berisi ilmu yang indah-indah
mengajar supaya berhati-hati bila menggunakan lidah
berjimat dengan kata, dan berhemat dengan fikiran
pandai memilih, dan menimbang dengan kebijakan.
Cik Gu! aku tak bisa melupakan
pesanmu sebelum engkau berpindah, dan aku tamat sekolah:
"Sayangilah bahasamu seperti engkau sedang bercinta
tak habis-habis dilamun rindu meski berada di depan mata
bahasamu adalah watan, gunung, lautan dan cakerawala
di situ engkau bernafas, berteka teki dengan nasib
di situlah juga jiwa dan maruahmu tertawan
apabila bahasamu dipinggirkan."
Terima kasih Cik Gu kerana berdiri di depan kami
engkau dermawan yang membekalkan akal budi
sebaris kalimat selautan nikmat
sepatah kata berkembang jadi mutiara
engkau adalah pelita, menyuluh jalan malam
kami yang duduk di bangku, kini berdiri menaksir alam
16 Mei 2008
3 comments:
Asalamualaikum, Dato'.
Saya membaca blog Dato' tetapi selama ini tidak tinggalkan apa-apa komen.
ASM Sdr Ainon
Saya berasa bangga sdr membaca blog saya, sebagaimana saya juga melawat-lawat ke blog sdr tanpa meninggalkan apa-apa pesan. Saya bersetuju dengan metode naratif Islami yang menggunakan sudut pandangan ketiga dalam cereka. Andainya sdr baca posting awal saya, "Dusun Permai" teknik penceritaan itulah yg saya manfaatkan.
Tersentuh hati apabila membaca puisi Datuk itu. Teringat pada mereka yang tercinta ada "di sana".
Post a Comment